Selasa, 20 Mei 2008

Kamis, 15 Mei 2008

reward and punishment untuk anak



Tema mengenai reward and punishment untuk anak sudah kerap dibicarakan, melalui berbagai media massa maupun lewat seminar dan diskusi. Namun, dalam kenyataan masih banyak orangtua yang menerapkan kekerasan fisik kepada anak-anaknya, dengan berbagai alasan.

Bagi psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Lucia RM Royanto, mendidik anak itu pada dasarnya adalah membuat mental anak sehat. Jadi, perasaan anak harus dijaga sebaik-baiknya. Anak rewel, nakal, ngambek, tidak menurut adalah hal yang biasa. Orangtua sebaiknya tidak memberikan hukuman dengan kekerasan fisik (corporal punishment) sama sekali.

Menurut Lucia, hukuman fisik bisa berdampak serius. Salah satunya adalah membuat anak imun. "Awalnya, diceples sudah mempan. Lama-lama dipukuli pun tidak mempan lagi. Anak makin beradaptasi dengan rasa sakit, dan ini bisa menimbulkan agresivitas," katanya.

Dampak lain, kekerasan pada anak mengakibatkan efek modeling atau meniru. Anak yang kerap dipukuli orangtua biasanya akan memukuli teman-temannya. Jika ia tidak belajar dan bersikap terbuka saat dewasa, perlakuan ini pun bisa ditularkan kepada anaknya. Ia akan memukuli anaknya seperti dia dipukuli orangtuanya.

Selain itu, kekerasan juga traumatis dan akan terbawa sampai anak menjadi dewasa. Memang, tidak semua anak demikian, tergantung bagaimana pula lingkungan membentuknya. Bagi orangtua yang mau belajar dan bersikap terbuka, kekerasan yang pernah diterimanya sewaktu kecil tidak akan ditularkan kepada anaknya.

Secara pribadi, Lucia tidak mengharamkan pukulan sama sekali. "Hanya ada satu alasan mengapa anak harus kita pukul, yaitu ketika pengaruh perilaku anak itu membahayakan dia dan orang lain. Misalnya menyeberang jalan seenak perut. Boleh dipukul di paha agak keras, supaya tahu kalau itu tidak boleh," paparnya.

Namun, untuk perilaku seperti tidak akur dengan adik, makan tidak baik dan berceceran, hal itu justru bisa menjadi ajang bagi orangtua untuk berdiskusi dengan anak. "Resolusi konflik itu dengan diskusi. Tunjukan jika orangtua itu marah bukan pada orangnya tetapi pada perilakunya," tutur Lucia.

Masa anak-anak adalah masa bermain, jadi jangan racuni mental anak dengan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis. "Sewaktu kecil tidak boleh dikerasi, apalagi kalau sudah besar dan bisa menimbang-nimbang sendiri," katanya.

Ada beberapa tips buat orangtua ketika marah kepada anak:

- Minta orang lain (suami kalau istri yang marah/istri kalau suami yang marah) untuk menasihati anak.

- Diam dan menghitung angka paling tidak satu sampai sepuluh.

- Minum air putih banyak-banyak.



Sumber: Kompas

Sabtu, 03 Mei 2008

SETELAH 1 THN PAKAI ALAT BANTU DENGAR




Terima kasih Ya Allah pendengaran Karina semakin hari semakin membaik....alat bantu dengar pun saat ini sudah disetting untuk gangguan pendengaran ringan.
Karina pun saat ini sudah bisa bernyanyi Balonku, Bintang Kecil, Burung Kakak Tua, Bangun Tidur, Satu-satu, dan ga nyangka bisa cuap-cuap nyaknyik dewasa "O oww kamu ketauan mmmm mmm mmmm( maksudnya pacaran lagi) engan (maksudnya dengan) mmmmm mmmm (maksudnya teman baikku)...hehe

Karina ~ 1 Tahun


Jika Anda mempunyai penyakit, dan anda berfokus padanya, membicarakannya dengan orang lain, Anda akan menciptakan lebih banyak sel yang sakit. Lihatlah diri Anda dalam tubuh yang berkesehatan sempurna. Biarkan dokter yang mengurus penyakit. -Bob Proctor- (dikutip dari buku The Secret karya Rhonda Byrne)

Lahirnya Si Kembar Karina & Kamila (alm)

Bogor 21 November 2005, adalah hari yang sangat berbahagia bagi kami. Kami dianugrahi 2 putri cantik sekaligus pada kelahiran kedua di tengah keluarga kami . Sebenarnya hal itu sangat tidak terduga, karena beberapa bulan sebelum melahirkan dr Kandungan yang telah kami percaya menyatakan janin di rahim saya tunggal. Namun kenyataannya saya melahirkan dua bayi mungil di usia kehamilan 32 minggu. Walaupun dilahirkan di usia yang dini (prematur), namun besar harapan kami untuk dapat mempertahankan kedua putri kembar kami. Kondisi maupun resiko atas kelahiran premature telah diinformasikan kepada kami.....
Hari demi hari, detik ke detik kami sabar menanti, berdoa, berharap perjuangan hidup kedua bayi kami dapat dilalui dengan lancar ( salah seorang suster menyatakan bahwa bayi premature mpy masa-masa kritis, apakah itu benar...sy pun tidak punya pengalaman dalam hal ini)....

03 Desember 2005...Kamila menembuskan napas yang terakhir.....dr. menyatakan bahwa infeksi Kamila sudah terlalu berat......walaupun terasa berat...kami harus mengikhlaskan Kamila.....Terima Kasih Sayang....Terima kasih atas perjuanganmu untuk hidup...walaupun hanya sesaat Mama & Papa mendengar detak jantung dan indahnya rhytme napasmu...namun selamanya doa, cinta mama dan papa untuk Kamila.

04 Desember 2005...Karina dirujuk ke salah satu RS di Jakarta, tim medis dari RS yang berdomisili di Bogor tsb, mengharapkan Karina dapat tertolong karena alat disana lebih lengkap dan tenaga ahli medisnya lebih berpengalaman dalam menangani bayi premature. Setelah sekitar 1 bulan dirawat...Alhamdullilah Karina dinyatakan sehat dan boleh pulang, walaupun kondisi maupun perkembangannya masih harus dipantau secara intensif.

Singkat cerita, sebenarnya ada rasa marah dan kesal ...knp dr kandungan yang kami percaya tsb sampai lengah "men-stated janin yang kami kandung adalah tunggal", padahal USG rajin kami jalani.... kenapa setelah kepergiaan salah satu bayi kami pihak medis secara tidak langsung baru mengakui ketidaksiapan menangani bayi premature (baik dari sisi alat maupun tim medis)... Ya Allah....kami percaya ini adalah rahasiaMu...dan kami berharap ini menjadi pelajaran bagi kami maupun bagi berbagai pihak....

The Secret



Ya Allah, tidaklah seseorang sanggup mensyukuri-Mu. Kecuali datanglah kepadanya kebaikan-Mu yang mengharuskan untuk mensyukuri-Mu. Tidaklah juga seseorang mencapai tingkat menaati-Mu. Tanpa merasa kekurangan dalam memenuhi hak-Mu. Ya Allah hamba tahu, semua karena Anugerah-Mu. Karenanya terimalah syukurku.(kutipan dari buku karya Prof. Dr. H Nasarudin Umar, M.A.) Gambar atas : ALM.KAMILA, Gambar bawah : KARINA